Pakar
administrasi Negara pernah menulis bahwa salah satu cirri PNS yang membuat SDM
PNS tidak berkembang optimal karena PNS cenderung tidak kreatif, monoton, kaku,
dan terpaku pada system. Agaknya tesis mereka berdua tidak berlaku bagi
Asrinah, S.Si.T., M.kes, Ibu tiga anak PNS di kantor DKK Banjarnegara yang
beralamat di Perum Gayam Permai Gg
Bima No. 25-26 Banjarnegara.
Diantara
kesibukannya sebagai PNS, istri Drs. Bambang Budi Setiono, M. Pd., Kepala
Sekolah SMPN 2 Banjarnegara ini bersama koleganya mampu melahirkan lima buah
buku yang bertemakan kebidanan yang menjadi keahliannya. Kelima judul bukunya
adalah “Menstruasi dan Permasalahannya”, “Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan”, “Asuhan
Kebidanan Masa Persalinan”, “Konsep Kebidanan”, dan “Nyontek Aja Lagi”.
Buku “Nyontek
Aja Lagi” yang ditulis bersama mahasiswanya di Politeknik Banjarnegara
menggunakan konsep penulisan gaul ala anak muda era sekarang. “Bahasanya lu-gw.
Biar gampang dipahami. Judulnya dibuat menarik agar orang membeli. Jadi sudah
marketable. Tapi isinya tentang motivasi untuk mencontek dalam hal kebaikan,
yaitu mencontek kesuksesan orang lain” katanya.
Tak
tanggung-tanggung semua bukunya diterbitkan oleh penerbit ternama. Pemasarannya
pun sudah masuk di jaringan toko buku terkemuka di negeri ini.
Kini satu buah
buku lagi hampir diselesaikannya yang
mengupas pengalaman bidan di lokasinya bertugas di wilayah Banjarnegara ini.
“Kita ambil sejumlah sample penelitian di wilayah tugas Bidan yang ekstrim yang
ada di pelosok Kalibening, Susukan, dan Purwonegoro. Saya ingin memaparkan
analisa saya bahwa kunci kesuksesan tugas bidan itu ada pada kemampuan
komunikasinya dengan masyarakat setempat” katanya.
Titik Balik
Di perjalanan
hidup seseorang selalu saja ada saat-saat sulit yang kadang hadir tanpa kita
mampu menolaknya. Seperti halnya yang dialami Asrinah, perempuan kelahiran
Magelang pada 11 Mei 1969 ini. Keinginannya untuk menjadi guru tertunda saat
tengah asyik menekuninya di Sekolah Pendidikan Guru Magelang, justru Ia diminta
keluar untuk bersekolah di Sekolah Perawat Kesehatan..
“Ini memang
seperti titik balik bagi saya yang harus menunda cita-cita saya mengajar. Orang
tua saya miskin dan mempunyai anak lima. Saya anak ketiga. Waktu itu SPK
memberi tawaran untuk sekolah gratis karena ada Ikatan Dinas. Oleh orang tua,
saya diminta untuk masuk SPK. Meski berat, tapi saya memaklumi alasanya. Bila
saya dapat masuk SPK, ini akan meringankan beban ekonomi keluarga” katanya.
Selepas lulus
dari SPK tahun 1988, sementara menunggu Penugasan Ikatan Dinasnya keluar,
Asrinah memanfaatkan waktunya untuk bekerja sebagai Staf Damiyanti medical clinic Bali.
Di tempat kerjanya ini, Ia menjadi satu-satunya perawat yang memberi pelayanan
medis bagi orang-orang Asing yang menjadi relasi tempatnya bekerja. Tanpa
disangka, karena pekerjaannya itu, Ia justru mendapat kesempatan langka yang
tidak diperoleh setiap orang yaitu kesempatan untuk dapat melanglang buana ke
sejumlah Negara seperti Singapura, Australia, Thailand, Phlipina, dan sejumlah
Negara Eropa.
“Pengalaman
unik saya waktu kerja di tempat tersebut adalah mengantar orang Dieng yang
suaminya orang Australia. Meski bayinya yang berumur 3 bulan sehat, tapi mereka
tetap minta didampingi perawat selama dalam perjalanan. Jadi sepanjang
perjalanan itu, saya hanya duduk dan menemani. Komunikasi saya pun lebih banyak
dengan istrinya yang orang Jawa. Bahasanya pun Jawa. Jadi yang mudeng ya
Cuma kami berdua..ha..ha..” tuturnya.
Akhirnya
panggilan tugas Ikatan Dinas datang juga. Karena sudah Ikatan Dinas maka
kenyamanan kerja di Damiyanti
medical clinic Bali pun harus ditinggalkannya. Karir
PNS dimulai pada tahun 1993 sebagai pelaksana perawatan puskesmas Garung,
Wonosobo. Belum lama bertugas, Ia kemudian dipindah ke Puskesmas 2 Kalibening
pada bulan April 1993.
Di tempat
tugasnya yang baru ini Ia menemui kenyataan yang memprihatinkan dimana
mayoritas masyarakat di wilayah tempatnya bekerja melakukan persalinan di rumah
tanpa didampingi tenaga kesehatan. “Waktu itu hanya ada satu orang bidan yang
melayani 8 desa. Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan, karena tidak
mungkin satu orang bidan mampu melayani 8 desa tersebut. Inilah yang mendorong
saya waktu itu untuk menempuh pendidikan lanjutan di DI Kebidanan” katanya.
Semangatnya
yang besar dan kecintaannya pada ilmu dan pengetahuan membuatnya mampu melalui
jenjang pendidikan kebidanan dengan baik bahkan meraih sejumlah prestasi. DI
Pendidikan Kebidanan lulus tahun 1995, DIII Kebidanan lulus tahun 2002, D IV Kebidanan lulus tahun
2005, dan Pendidikan terakhirnya adalah Pasca Sarjana Managemen Kesehatan Ibu
dan Anak UNDIP Semarang, lulus tahun 2009. “Saya juga tidak mengira karena
pendidikan saya akhirnya saya dapat kesempatan mengajar di berbagai AKBID”
katanya.
Asrinah aktif
mengajar sebagai dosen di Politeknik Banjarnegara sejak lembaga Perguruan
Tinggi ini berdiri di tahun 2008. Sebelumnya Dia tercatat juga mengajar di
sejumlah lembaga kebidanan di Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Magelang, dan
Yogyakarta. Namun sebagai Tim Penguji kelulusan Bidan, Asrinah masih terlibat
aktif di sejumlah Akbid.
“Sekarang saya
hanya focus mengajar di Polibara karena saya ingin berbagi ilmu dengan
teman-teman seperjuangan saya para bidan di Banjarnegara.” Katanya.
Obsesi
“Obsesi saya
adalah seluruh bidan di Banjarnegara mempunyai pendidikan tinggi dan loyal
mengabdi pada Banjarnegara. Saya yakin pendidikan tinggi bagi bidan tersebut
akan mengubah sikap dan perilakunya dalam memberi pelayan yang lebih baik bagi
masyarakat. Dan dampak dari ini adalah meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itulah saya rajin mengkompori teman-teman Bidan untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikannya. Wong saya yang berangkat dari Di
Kebidanan juga bisa meraih pendidikan tinggi, karena itu saya yakin teman-teman
juga bisa. Sedangkan loyalitas pada daerah yang saya inginkan adalah jangan
sampai ketika pendidikan tinggi dan pengalaman telah diraih terus pindah”
begitu jelas perempuan ayu yang sekarang ini menjabat sebagai Kepala seksi
Kesehatan Ibu dan Anak pada DKK.
Saya optimis,
lanjutnya, obsesi saya tersebut lebih cepat tercapai. Hal ini tidak lepas dikarenakan
semangat belajar teman-teman bidan di Banjarnegara terhitung tinggi. “Sehingga
berdasarkan data Bidan yang tengah menempuh pendidikan tinggi sekarang ini,
kita optimis pada tahun 2013, seluruh Bidan aktif di Banjarnegara telah
mempunyai kualifikasi lulusan DIII” katanya. (**--ebr)
Satu kata...hebat. Great Bu....sangat menginspirasi....http://sarastiana.blog.ugm.ac.id/
BalasHapusLunar biasa, sy alumni warga Banjar juga
BalasHapus