Senin, 25 Juni 2012

Demokrasi ala RT : Tingkatkan Partisipasi Warga dengan Libatkan Ibu-ibu dan anak-anak


Ibu-ibu dan anak-anak berkumpul di lapangan,
menunggu hasil pemilihan ketua RT
Bila ditanyakan kepada warga siapa mau jadi Ketua Rukun Tetangga (RT)? Hampir pasti tidak ada warga yang secara sukarela menyatakan diri kesediaannya untuk menjadi Ketua RT. Maka saat sang incumbent sudah tidak bersedia lagi menjabat muncul masalah untuk mencari penggantinya. Situasi seperti ini juga dihadapi oleh warga RT 05 RW 05, Perumahan PLTA Tulis Desa Binorong, yang Minggu (10/06) melakukan pemilihan RT.
Menurut Ketua Penyelenggara, Sudirman (60 th) yang sekaligus pejabat incumbent ketua RT, bila dibiarkan maka dirinya yang sudah sepuh dan sudah 10 tahun menjabat tidak akan ada yang mau mengganti. Sudah kesekian kali dicoba untuk memilih dan menunjuk Ketua RT, namun selalu gagal dengan sejumlah alasan.
Oleh karena itulah dicari cara agar warga mau dan bersedia mendukung pelaksanaan pemilihan ketua RT. “Untuk membujuk semua warga agar bersedia datang dilakukan dengan cara melibatkan ibu-ibu dan anak-anak dalam kegiatan ini. Kalau ibu dan anak sudah datang, masa Bapak dan anggota keluarga lainnya tidak mau datang” katanya diplomatis.
Ibu-ibu tidak saja sebagai pemilih aktif, namun juga sebagai pendukung suksesnya acara ini. Sementara pemungutan suara dilaksanakan di GOR Badminton, Ibu-ibu menyiapkan makanan untuk seluruh warga yang datang untuk memilih. Dengan dipandu Ibu-Ibu, kegiatan anak-anak diisi dengan berbagai lomba berhadiah yang dilaksanakan di Lapangan Tenis dekat lokasi pemilihan. Diantaranya lomba masukan ballpoint ke dalam botol, lomba jogged, dan lomba kelereng.
“Makan, minum, es dawet, es krim, dan juga hadiah merupakan wujud donasi dari sejumlah warga mampu untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini” katanya.
Pelaksanaan pemilihan ketua RT dilaksanakan secara terbuka dan diselenggarakan layaknya pemilihan umum. Selain peralatan wajib penyelenggaraan Pemilu, di tempat pemilihan juga terpampang foto calon beserta nomor urutnya. Bedanya dalam hal ini, kata Sudirman, penentuan Calon tidak dilaksanakan secara suka rela namun diputuskan berdasarkan  hasil musyawarah RT sebelumya. Sedangkan untuk penentuan jadinya, dilakukan dengan pemilihan terbuka. “Agar jabatan Ketua RT dirasa tidak terlalu memberatkan, Musyawarah warga menetapkan lamanya jabatan ketua RT selama empat tahun. Dan untuk sesudahnya dilakukan pemilihan kembali” katanya.
Rupanya cara ini terbilang cukup ampuh. Dari 149 warga yang tercatat sebagai Pemilih Tetap, hadir 139 (90 %) warga. Sehingga pemilihan ketua RT yang dibatasi waktu pemungutan suara sampai pukul 11.00 tercapai quorum. Heri Suharyana (47 th), Guru SMK N Bawang terpilih dengan 67 suara mengalahkan tiga calon lainya.
Kepala Desa Binorong yang ikut menghadiri pemilihan tersebut, Amrulloh menyatakan dalam hal pemilihan Ketua RT ini, bagaimana mekanismenya, pihaknya menyelenggarakan sepenuhnya kepada keputusan warga. Yang penting bagi desa adalah jika jabatan ini kosong agar segera diisi agar komunikasi antara Pemerintahan Desa dengan warga berjalan dengan baik. Pihaknya menyadari bahwa jabatan ketua RT ini memang tidak dibayar dan sifatnya sukarela. Namun keberadaan ketua RT ini penting dalam rangka pembinaan warga.
“Saya dapat memahami manakala saat ada pemilihan Ketua RT lebih banyak warga yang menolak daripada menerima. Karena Ketua RT ini sepertinya merupakan jabatan yang lebih banyak urusan socialnya. Seorang Ketua RT tidak hanya harus siap menerima tugas tambahan, namun juga harus siap untuk nombok” katanya. (**--ebr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar